.

.

.

.
Bismillahirrahmanirrahim...

Kamis, 09 Juli 2015

Bener-bener Harus Belajar Lagi

Perasaan ingin mencuri apakah datangnya dari Allah? Bila perasaan itu tetap semua dari Allah, maka apakah benar boleh mencuri?
Perasaan, pikiran, kemampuan, untuk merekayasa sesuatu, sebut saja korupsi dan kolusi, juga semua datangnya dari Allah? Secara apa-apa ya dari Allah? Lalu?
Bila seorang ayah tiba-tiba ada perasaan menyukai dan ingin menzinahin putri kandungnya, maka darimana datangnya nafsu itu? Dari Allah juakah?
Bila seseorang mencintai suami orang, atau istri orang, adalah perasaan itu juga anugerah dari Allah, dan datangnya dari Allah? Harus bagaimanakah dia?



Saya, negeri ini, bangsa ini, agaknya emang harus terbuka. Mau ngaji lagi dari enol. Dari awal. Biar ga pada rancu. Termasuk saya. Mau belajar lagi.
Kadang saya, kita, negeri ini, bangsa ini, suka sakit logikanya. Sebab ilmunya cetek, diliputi hawa nafsu juga, plus ga ada iman dan hidayah pula.
Kalau Allah Kuasa menghentikan saya berzina, mengapa Allah tidak melakukan? Bahkan Allah membiarkan. Berarti kan Allah izinkan? Duh. Sakit.
Sakit logikanya. Maka sakit perilakunya. Bahkan yang menyimpang dari Aturan Allah pun, dianggap biasa saja dan tidak menyimpang.

Makin tenggelam, makin “ga apa-apa”, alias ga ada kejadian apa-apa yang bahaya buat dia, alias aman, malah makin liar. Bertambah-tambah sakit dan sesatnya.
Bener-bener saya mesti belajar lagi logika dan pikiran yang udah pada tebolak-tebalik. Saya bener-bener mesti belajar lagi. Sebab lawan bicara makin hebat-hebat logikanya.
Tahun 2004 saat saya belajar di Belanda, ada perayaan yang membuat satu kota tumplek blek. Satu negeri. Kayak keluar dari rumahnya semua.
Ngeri ngeliat pemandangan perayaan internasional itu. Bener-bener ngeri. Satu kota, satu negeri, sudah nganggap perayaan itu bahkan jadi ajang wisata
Saya sempet tinggal di Amsteilvein. Ada cerita miris di kompleks tempat saya menumpang: seorang remaja putri dinyatakan hilang.

Usianya belasan. Belom sampe 15 tahun. Mula-mula ayah ibunya khawatir. Sebab ga pulang-pulang. Bule sono ini. Bukan orang Indonesia yang di sana.
Setelah tiga harian, tiba-tiba anak putri ini muncul begitu saja. Padahal ayah ibunya dan tetangga dah panik. Seneng kah ortu ini putrinya pulang?
Pastinya seneng. Udah bingung nyari ke mana-mana. Terus pulang sendiri. Zaman itu, taon itu, belum taonnya sosial media.

Putri itu ditanya. Kok tiga hari ga ngasih kabar? Nyusahin orang banyak. Bikin khawatir orang tua.
Putri itu jawab, dia menghabiskan 3 harinya bersama pacarnya. Dan dengan senangnya dia cerita, sudah ga gadis lagi.
Ayahnya marah. Putrinya ditampar.
Putrinya ga senang. Ngadu ke polisi. Kemudian atas dasar HAM, ayahnya ditangkep dan dipenjarakan ke polisi.
Saya bener-bener harus belajar lagi.

Dulu ketika kecil, ketika ngaji dan sekolah, saat salah, kita ditampar guru, dirotanin, disetrap, disuruh push up, bagi guru ga masalah. Sekarang?
Kayaknya saya emang harus belajar dari enol lagi. Bener-bener dari Kitab Suci sehingga bukan berdasarkan nafsu dan pikiran senang saja. Bener-bener dari enol lagi.
Supaya suatu saat ga ada yang mengatakan, “Kan Allah yang tidak mengizinkan dan tidak membuat saya shalat dan puasa. Makanya saya tdk shalat dan tidak puasa.”
Salam… Yusuf Mansur. Yang harus juga belajar lagi dari enol. Salam buat semua kawan. Dalam keadaan apapun ia. Doa yang terbaik bagi saya untuk semua.
Begitu juga doa terbaik dari saya. Juga buat semua.

Sumber : Yusufmansur.com




Tidak ada komentar:

SMK 1 SEMARANG

NU Online

BINA SARANA INFORMATIKA

Arrahmah.co.id

STMIK NUSA MANDIRI

Pusat Kajian Hadis

  © Blogger templates The Professional Template by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP