.

.

.

.
Bismillahirrahmanirrahim...

Jumat, 05 Agustus 2011

Berdoalah dengan Bahasa Kami

Dompet Dhuafa - detikRamadan
Jakarta - Bercita-cita menjadi seorang yang memiliki kehidupan enak boleh-boleh saja, bahkan dianjurkan dalam agama. Namun cita-cita ingin hidup enak itu seyogianya diiringi dengan niatan untuk bisa memberikan manfaat untuk orang lain. angan egois jika berdoa, hanya berfokus pada dirinya sendiri tanpa sedikit pun terlintas kehidupan orang lain. Seringkali terjadi, orang minta kaya, lalu karena Allah sayang padanya, dikabulkan. Namun setelah memegang harta, dia banyak dinilai sebagai orang yang kikir dan pelit.

Ataupun seorang siswa yang selalu rajin berdoa ingin menjadi orang cerdas cendekia. Dia hanya fokus pada pencapaian pribadi, menjadi juara kelas bahkan hingga juara Olimpiade Sains tingkat dunia, namun sungguh ironis bahwa dia di sekolah dijauhi karena hal sepele: pelit, tidak mau membantu temannya yang kesulitan pelajaran. Ketika dia nanti dewasa, sangat mungkin akan sikut kanan sikut kiri demi menjadi juara, tanpa peduli keadaan sekeliling.

Rasulullah sama sekali tidak bersimpati pada orang yang hebat atau kaya, namun hanya dinikmati sendiri. Beliau justru lebih suka dengan orang yang bermanfaat, artinya kehadiran orang itu membawa banyak kemudahan bagi orang lain. Nabi sering mengajarkan, dalam meminta kepada Allah SWT saja, sudah harus berpikir tentang kebersamaan. Simaklah doa berikut ini:

"Allahumma inna nas'aluka salamatan fia d-din, wabarokatan fi ar-rizki," (Ya Allah, kami memohon keselamatan dalam agama, dan keberkahan dalam rezeki kami)

Permohonan dengan kata 'Nahnu' (kami) mencerminkan semangat kebersamaan yang tinggi. Ketika mulut kita meminta kebaikan, maka kebaikan itu tidak hanya semata untuk diri pribadi, tapi juga untuk orang lain. Siapa dia? Terserah Allah yang mengaturnya. Yang pasti, sejak dari doa pun, Rasulullah sangat mementingkan rasa peduli dengan nasib orang lain. Ketika doa si orang tadi benar-benar dikabul oleh Allah, maka semua orang akan menikmati kebaikannya.

Lebih tegasnya lagi, ketika kita berdoa, langsung kita sebutkan alasan kenapa kita meminta hal ini. Imam Bukhari, seorang ahli hadis terkemuka, semasa hidupnya berhasil menghafal 60 ribu hadis lengkap dengan jalur periwayatannya. Pernah suatu ketika dia diuji oleh 100 ulama, masing-masing membawakan sebuah hadis yang diputar-putar teksnya, dan Imam Bukhari, hanya dengan sekali dengar, mampu mengurutkan 100 hadiz itu satu persatu dari ulama yang pertama.

Ketika ditanya atas kemampuannya, Imam Bukhari menjawab, "Saya bersyukur kepada Allah atas nikmat ini. Dahulu, ketika saya mulai belajar hadis, saya memohon kepada Allah akal yang cerdas, ingatan yang kuat dan pendengaran yang tajam, agar saya dapat menghafal hadis untuk menjaga warisan Rasulullah SAW. Saya pernah bermimpi bertemu Rasulullah dan saya berjalan di depan beliau memegang tabir, melindungi beliau". Maka, mulai saat ini, berdoalah dengan tulus dan tidak egois.

( gst / vit )

Sumber : Detik Ramadhan

Tidak ada komentar:

SMK 1 SEMARANG

NU Online

BINA SARANA INFORMATIKA

Arrahmah.co.id

STMIK NUSA MANDIRI

Pusat Kajian Hadis

  © Blogger templates The Professional Template by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP