.

.

.

.
Bismillahirrahmanirrahim...

Selasa, 09 Agustus 2011

Orang Beriman Masuk Surga Selamanya?

Jakarta -
Tanya:
Assalamualaikum wr wb. Pak Ustadz saya mau tanya, dalam Surah Hud ayat 108 disebutkan bahwa orang beriman akan masuk surga selama-lamanya, selama masih ada langit dan bumi, kecuali jika Tuhan menghendaki lain. Saya baca dalam terjemah yang dimaksud langit dan bumi adalah langit dan bumi surga. Pertanyaan saya apa maksud dari ayat tersebut? Terimakasih. Wassalam.

(Nana Supriatna)

Jawab:
Pengecualian pada ayat yang berbicara tentang penghuni surga ini telah menjadi bahasan panjang ulama, karena, jika pengecualian tersebut dipahami sebagaimana apa adanya, ini memberi kesan bahwa ada orang-orang yang masuk ke surga yang tidak kekal di dalamnya. Pemahaman semacam ini bertentangan dengan sekian banyak teks keagamaan sehingga mengantar para ulama untuk sepakat mengatakan, "Siapa yang telah masuk surga, ia tidak akan keluar lagi."

Tidak kurang dari tiga belas pendapat ulama tentang makna kata illa (kecuali/pengecualian) ayat ini. Sementara ulama memahami ayat ini dalam arti orang-orang yang diberi kebahagiaan oleh Allah akan masuk surga dan kekal di dalamnya, sejak awal selesainya perhitungan sampai waktu yang tidak terbatas. Kecuali orang-orang yang dikehendaki oleh Allah untuk ditunda waktunya masuk surga, yaitu orang-orang mukmin yang berbuat maksiat. Mereka itu akan berada di neraka sesuai azab yang pantas mereka terima, kemudian keluar dari situ dan masuk ke dalam surga lagi. Dengan kata lain, penganut pendapat ini menyatakan bahwa yang dikecualikan di sini adalah mereka yang tidak kekal di neraka yang ditunjuk oleh pengecualian ayat yang berbicara tentang penghuni neraka.

Ada juga yang berpendapat bahwa kata illa ma sya' Allah bukan dalam arti pengecualian hakiki, tetapi ucapan yang dianjurkan untuk diucapkan pada setiap persoalan yang berkaitan dengan masa depan. Jika seseorang akan datang ke suatu tempat, ia dianjurkan menyampaikan maksudnya sambil mengucapkan In sya' Allah/jika Allah menghendaki. Ini bukan berarti syarat bagi keinginannya untuk datang, tetapi sekadar ucapan yang menunjukkan bahwa segala sesuatu terpulang kepada Allah SWT. Penyebutan nama-Nya sekadar untuk memeroleh keberkahan, seperti juga dalam firman-Nya: latadkhulanna al-masjida al-harama in sya' Allah aminin/ Kamu pasti akan memasuki Masjid al-Haram insya Allah (QS al-Fath (48): 27).

Ada lagi yang memahami kata illa yang di atas diterjemahkan dengan kecuali dalam arti dan. Dengan demikian, penggalan ayat tersebut menyatakan mereka akan kekal di dalamnya selama ada langit dan bumi dan lebih dari itu sepanjang kelebihan yang dikehendaki Allah.

Hemat kami, pendapat yang terbaik adalah yang memahami pengecualian pada ayat ini sebagai berfungsi menunjukkan kuasa Allah SWT yang mutlak. Memang, Allah telah menetapkan atas diri-Nya mengekalkan di dalam surga siapa yang taat kepada-Nya. Ketetapan itu tidak akan berubah. Namun, jika Dia hendak mengubahnya, itu pun dalam wewenang-Nya karena tidak ada yang wajib atas Allah, tidak ada juga yang dapat memaksa-Nya untuk melakukan atau tidak melakukan sesutu.

Sebagai ilustrasi, kita dapat berkata bahwa seorang pemilik toko yang telah menetapkan untuk membuka tokonya setiap hari pada pukul 07.00 pagi dapat saja membukanya pada jam yang lain. Penetapannya bahwa ia akan membuka pukul 07.00 memang selalu ditepatinya, tetapi itu sama sekali bukan berarti telah mencabut wewenangnya atau mengurangi kemampuannya untuk membuka dan menutup tokonya sendiri sesuai dengan kehendak dan kebijaksanaannya. Wallahu a'lam.

(M Quraish Shihab)

(Qur'an and Answer merupakan kerja sama detikcom dengan www.alifmagz.com)

Sumber : Detik Ramadhan


Tidak ada komentar:

SMK 1 SEMARANG

NU Online

BINA SARANA INFORMATIKA

Arrahmah.co.id

STMIK NUSA MANDIRI

Pusat Kajian Hadis

  © Blogger templates The Professional Template by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP